Merayakan 100 TahunKehidupan, Canoas, Brazil

Suster Maria Hiltgardis : “Hidup ini mempesonakan aku”

20150808_Sister-Maria-Hiltgardis

Para Suster, guru dan staf, mantan murid dan kawan-kawan menghadiri perayaan Ultah Sr. Hilgardis ke 100. Perayaan diawali dengan Misa Kudus meriah di Paroki Santo Aloysius, Canoas/RS. Kemudian dilanjutkan dengan resepsi di Sekolah Maria Auxiliadora. Ucapan selamat, kenangan-kenangan dari para siswa-siswi, foto dan hadiah mengalir untuk Suster sebagai ungkapan cinta, penghargaan dan syukur dari mereka yang pernah berbagi hidup dan berkat dengan Suster yang berusia seabad.

Suster Maria Hiltgardis dilahirkan pada tgl. 23 Juli, 1915, di Essen/Ruhr, Jerman. Ia masuk SND di Muelhausen, Jerman thn. 1936. Dan dalam bulan Januari 1938, meski masih novis, ia mempunyai keinginan besar menjadi misionaris ke Brazil. Tantangan-tantangan pertama yang ia hadapi ialah: meninggalkan negeri asal, pergi ke tanah asing, belajar bahasa dan menyesuaikan dengan budaya baru. Di Brazil cita-citanya menjadi misionaris terwujud dalam menangani panggilan muda dan dalam pendidikan. Sebagai seorang pendidik dan kepala sekolah berdedikasi ia membangkitkan dalam diri kaum muda dengan ide cemerlang, mencitai budaya , keindahan dan kebenaran. Sebagai seoarang provincial sesudah Vatikan II dan tanggap akan tanda-tanda zaman, ia membuka jalan dan mendorong proses perubahan dan pembaharuan hidup bakti. Ia hidup dalam keterbatasan kemiskinan, kesendirian dan paradoksal dan mengubahnya semua itu menjadi pengalaman hidup yang berguna, sebagaimana ia selalu berkata: “Saya selalu menemukan kebesaran Allah dalam hidup saya.” Di tahun 1995, the Gaúcho Society menghargai sumbangannya dalam bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Dan ia menerima the Gaúcho Honorário. Sebagai lansia ia tetap gembira dan selalu mengikuti berita-berita. Hari ini ia berusia 100 tahun, doa, kesenian, aneka buku dan internet membuat ia sibuk berhubungan dengan misi dan dunia.

Sr. Maria Hiltgardis, sangat mencintai Tuhan, mengubah kekuatan menjadi pelayanan, kebudayaan menjadi sebuah pelajaran akan rendah hati, dan kehidupannya menjadi kebijaksaan. Dengan bangga ia mengatakan, “Saya mengakui, saya benar-benar hidup.”